Thursday, 16 January 2014
Suatu ketika, tinggallah sebuah keluarga kaya.
Keluarga itu, terdiri dari orangtua, dan kedua anak laki-lakinya. Kekayaan
mereka sangatlah berlimpah. Lumbung mereka, penuh dengan tumpukan padi dan
gandum. Ladang mereka luas, lengkap dengan ratusan hewan ternak.
Pada suatu malam, ada pencuri yang datang ke
lumbung mereka. Sebagian besar padi yang baru di tuai, lenyap tak berbekas. Tak
ada yang tahu siapa pencuri itu. Kejadian itu terus berulang, hingga beberapa
malam berikutnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap pencurinya.
Sang
tuan rumah tentu berang dengan hal ini. "Pencuri terkutuk!!, akan kuikat
dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri." Begitu teriak sang
tuan rumah. "Aku akan menangkap sendiri, biar rasakan pembalasanku."
Kedua anaknya,
mulai ikut bicara. "Ayah, biarlah kami saja yang menangkap pencuri itu.
Kami sudah cukup mampu melawannya. Kami sudah cukup besar, tentu,
pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami. "Ijinkan kami menangkapnya
Ayah!"
Tak
disangka, sang Ayah berpendapat lain. "Jangan. Kalian masih muda dan belum
berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka. Lihat tangan kalian,
masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit.
Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap
mereka." Mendengar perintah itu, kedua anaknya hanya mampu terdiam.
Penjagaan
memang diperketat, namun, tetap saja keluarga itu kecurian. Sang Ayah masih
saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang mulai di ambil.
Ia sangat putus asa dengan hal ini. Dengan berat hati, di datangilah Kepala
Desa untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya semua
kejadian pencurian itu.
Kepala
Desa mendengarkan dengan cermat. Ia hanya berkata, "Mengapa tak biarkan
kedua anakmu yang menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan mereka
tak kau penuhi? Ketahuilah, wahai orang yang sombong, sesungguhnya, engkau
adalah "pencuri" harapan-harapan anakmu itu. Engkau tak lebih baik
dari pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak hanya mencuri harta, tapi juga
mencuri impian-impian, dan semua kemampuan anak-anakmu. Biarkan mereka yang
menjaganya, dan kau cukup sebagai pengawas." Mendengar kata-kata itu, sang
Ayah mulai sadar. Pada esok malam, diijinkanlah kedua anaknya untuk ikut
menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian, ditangkaplah pencuri-pencuri
itu, yang ternyata adalah penjaga lumbung mereka sendiri.
***
Teman, pernahkan Anda bertanya kepada anak kecil tentang cita-cita dan harapan mereka? Ya, bisa jadi kita akan mendapat beragam jawaban. Suatu ketika mereka akan menjadi pilot, dan ketika lain mereka memilih untuk menjadi dokter. Suatu saat mereka akan mengatakan ingin bisa terbang, dan saat lain berteriak ingin dapat berenang seperti ikan. Walaupun pada akhirnya kita tahu hanya ada satu jawaban kelak, namun, pantaskah jika kita melarang mereka semua untuk punya harapan dan impian?
Begitulah,
seperti halnya dalam cerita diatas, ada banyak pencuri-pencuri impian yang
berkeliaran di sekitar kita. Mereka, mencuri semua impian, dan merampas
harapan-harapan yang kita lambungkan. Mereka, selalu menghadang setiap langkah
kita untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.
Bisa jadi,
pencuri-pencuri itu bisa hadir dalam bentuk orangtua, teman, saudara, atau
bahkan rekan kerja. Namun, yang sering terjadi adalah, kita sendirilah pencuri
harapan dan impian itu. Kita sendirilah pencuri yang paling besar menghadang
setiap langkah. Kita sering temukan dalam diri, perasaan takut, ragu, dan
bimbang dalam melangkah.
Terlalu
sering kita mendengarkan suara kecil yang mengatakan, "Saya tidak bisa,
saya tidak mampu." Atau, sering kita berucap, "Sepertinya, saya tak
akan mungkin mengatasinya." "Jangan, jangan lakukan ini sekarang,
lakukan ini nanti saja. Terus seperti itu. Kegagalan, sering kita jadikan
peniadaan dalam melangkah.
Namun,
teman, seringkali bisa keliru. Kegagalan, adalah sebuah cara Tuhan untuk
menunjukkan kepada kita tentang arti kesungguhan. Kegagalan, adalah pertanda
tentang sebuah usaha yang tak akan berakhir. Kegagalan, adalah sebuah pelajaran
tentang bagaimana meraih semua harapan yang terlewat.
Memang,
tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam. Karena itu, yakinlah, dengan
kesabaran kita akan dapat meraih semua harapan dan impian. Maka, yakinlah
dengan semua impian kita. Jika kita mampu, dan nurani kita mengatakan setuju,
jangan biarkan orang lain mencuri impian itu--terutama oleh diri kita sendiri.
Dan teman,
jangan jadikan diri kita pencuri-pencuri impian orang lain. Yakinlah dengan itu
semua, sebab Tuhan selalu akan bersama kita.
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
BLOG ARCHIVE
-
▼
2014
(51)
-
▼
January
(17)
- PENGARUH JEJARING SOSIAL DALAM MASYARAKAT.
- Peduli untuk Berbagi
- Semua Tentang Ibu
- Peri Oh Peri
- 5 Wanita Super dan Karyanya
- Kisah Seorang Pencuri
- Apa Arti Seorang Kekasih?
- Hal Kecil untuk Jiwa yang Besar
- Sang Pengagum
- Melawan Angin
- Manfaat Ampas Teh bagi Rumah Tangga
- Rahasia Ampas Teh bagi Kecantikan
- Bahaya "Music Player" bagi Pendengaran
- Gunung-Gunung yang Penuh Misteri
- ALKOHOL = NARKOBA ?
- Misteri Dibalik Segitiga Bermuda
- KETIKA ALAM BERMAIN MUSIK
-
▼
January
(17)
CLOCK
MY PROFILE
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment