Saturday, 8 March 2014
PENGERTIAN PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif menggunakan
bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang
berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum
atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang
lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal
ke singular atau individual.
Sedangkan penalaran deduktif itu
sendiri adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan
merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan
dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi
sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau
kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya
telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode berpikir deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Metode ini
diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen
dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif adalah
menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar dan
cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya
benar. Penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika
dan teori himpunan dan bilangan. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya.
Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah
dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Contoh klasik penalaran deduktif adalah :
- Semua hewan punya mata.
- Anjing termasuk hewan.
- Anjing punya mata
Faktor– faktor penalaran deduktif :
- Pembentukan Teori
- Hipotesis
- Definisi Operasional
- Instrumen
- Operasionalisasi.
MACAM-MACAM SILOGISME DI DALAM PENALARAN DEDUKTIF:
Di dalam penalaran deduktif
terdapat entimen dan 3 macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme
hipotesis dan silogisme alternatif.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah argumen
deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya
tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term
yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis
yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari
tiga proposisi, yaitu:
- Premis umum : Premis Mayor(My)
- Premis khusus : Premis Minor (Mn)
- Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek
dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut
term minor.
Aturan umum dalam silogisme
kategorial sebagai berikut:
- Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
- Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
- Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
- Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
- Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
- Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
- Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
- Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh Silogisme Kategorial :
- My : Semua buruh adalah manusia pekerja.
- Mn : Semua tukang batu adalah buruh.
- K : Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
- My : Semua mahluk hidup bisa bernafas.
- Mn : Kucing adalah mahluk hidup.
- K : Kucing bisa bernafas.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya
adalah proposisi kategorial. Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis. Silogisme hipotetis atau silogisme
pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Konditional hipotesis adalah bila
premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila
minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis mayornya
mengandung pernyataan yang bersifat hipotetis.
Rumus proposisi mayor dari
silogisme:
Jika P, maka Q
Contoh:
- My : Bila hujan, pakaian yang dijemur akan basah.
- Mn : Sekarang pakaian yang dijemur telah basah.
- K : Jadi, hujan telah turun.
- My : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
- Mn : Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
- K : Jadi, kegelisahan tidak akan timbul.
- My : Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
- Mn : Pihak penguasa tidak gelisah.
- K : Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif atau
silogisme disjungtif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan alternatif sedangkan
premis minornya kategorial yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotesis istilah
premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain.Proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan.
·
Proposisi minornya adalah proposisi kategorial
yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
·
Konklusi tergantung dari premis minornya.
Contoh:
- Premis Mayor : Ayah ada di kantor atau di rumah
- Premis Minor : Ayah ada di kantor
- Konklusi : Maka, ayah tidak ada di rumah.
4. Silogisme Entimen
Entinem berasal dari kata Enthymeme, enthymema (Yunani) yang
berasal dari kata kerja enthymeisthai yang
berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.
Merupakan penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Merupakan silogisme yang salah
satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam
pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah
silogisme. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Silogisme asli/awal :
- Premis Mayor : Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai BUMN dihubungi oleh bagian SDM
- Premis Minor : Ari dihubungi oleh bagian SDM
- Konklusi : Sebab itu, Ari adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai BUMN
- Entimen : Ari adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai BUMN, karena dihubungi oleh bagian SDM
Contoh Entimen :
- Dia naik jabatan karena ia rajin bekerja
- Anda naik gaji karena anda berhak menerima kenaikan jabatan itu
Sumber :
Labels:bahasa indonesia,softskill,tugas
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment