Sunday, 9 March 2014
I. PENALARAN INDUKTIF
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu
atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
Proses penalaran juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Penalaran
induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus,
prosesnya disebut induksi.
Paragraf induktif dapat diartikan sebagai suatu kalimat yang
memiliki gagasan utama yang terletak di depan sebuah kalimat dan didukung oleh
kalimat penjalasan dalam sebuah paragraf. Metode berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Contoh :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Kesimpulan
: Jika dipanaskan, logam
memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Kesimpulan : Jika ada udara mahkluk
hidup akan hidup.
Contoh penalaran induktif:
Suatu lembaga kanker di
Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki
yang berumur antara 50 sampai 69 tahun. Kepada mereka dikemukakan
pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa
sekarang. Selanjutnya, keadaan mereka diikuti terus menerus selama 44 bulan.
Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiaannya,
diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan
kanker.
Dari seluruh jumlah
kematian yang terjadi (baik pada yang merokok maupun tidak) ternyata angka
kematian di kalangan penghisap rokok tetap jauh tinggi dari pada yang tidak
pernah merokok, sedangkan jumlah kematian penghisap pipa dan cerutu tidak
banyak berbeda dengan jumlah kematian yang tidak pernah merokok.
Selanjutnya, dari data yang terkumpul itu
terlihat adanya korelasi positif antara angka kematian dan jumlah rokok yang
dihisap setiap hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .
Dari bukti-bukti yang terkumpul dapat dikemukakan bahwa
asap tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia.
Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu adalah dengan tidak
merokok sama sekali. (disaring dari tulisan Roger W. Holmes dalam Mc Crimmon).
Paparan di atas menggambarkan proses penalaran induktif.
Proses itu dilakukan langkah demi langkah sampai pada kesimpulan.
II. MACAM-MACAM VARIASI PENALARAN INDUKTIF
1. GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan
atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian
dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik
kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses
penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut dengan
generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk
semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup
ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan
karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta,
contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau
ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.
Generalisasi bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi. Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, bila kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup
semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang
sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi dapat dibedakan menjadi generalisasi
yang berbentuk loncatan induktif dan bukan loncatan induktif.
Generalisasi merupakan proses yang biasa dilakukan oleh setiap orang.
Generalisasi pada kebanyakan orang terjadi karena pengalaman, maka jarang
seorang awam memikirkan adanya proses jalan pikiran yang bersifat induktif yang
tercakup di dalamnya. Generalisasi bagi orang awam adalah suatu proses berfikir
yang mendahului penyelidikan atas fenomen-fenomena yang khusus dalam jumlah yang
cukup banyak untuk menuju pada suatu kesimpulan umum mengenai semua hal yang
terlibat. Sebaliknya bagi seorang peneliti generalisasi harus didahului bukan
mendahului penyelidikan atas sejumlah fenomena. Ia harus mengadakan observasi,
penyelidikan dengan penuh kesadaran dan bersikap objektif untuk sampai kepada
sebuah generalisasi.
Pengujian atau Evaluasi Generalisasi :
- Harus diketahui apakah sudah ukup banyak jumlah peristiwa yang diselidiki sebagai dasar generalisasi (ciri kuantitatif).
- Apakah peristiwa merupakan contoh yang baik (ciri kualitatif).
- Memperhitungkan kecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi.
- Perumusan generalisasi harus absah.
Contoh I
- Dicky adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
- Alfa adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
- Generalisasi: Semua polisi berambut cepak.
Contoh 2:
- Tamara Blezynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
- Nia Ramdani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi : Semua bintang iklan berparas cantik
Pernyataan "semua bintang iklan berparas
cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah
diselidiki kebenarannya.
Contoh Kesalahannya : Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik
Generalisasi dapat dibagi Dua Jenis, yaitu:
A. Generalisasi tanpa loncatan induktif:
Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki dan tidak
mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan
meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila
fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak
terdapat peluang untuk menyerang kembali. Perbedaan generalisasi dengan loncatan
induktif dengan tanpa loncatan induktif terletak pada persoalan jumlah fenomena
yang diperlukan.
Contoh: sensus penduduk
B. Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Generalisasi dengan loncatan induktif adalah sebuah
generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa
fakta, namun fakta yang ada belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan
seluruh fakta yang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah
mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian, loncatan induktif
dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu
generalisasi yang jauh melampaui kemungkinan yang diberikan oleh evidensi itu.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
2. HIPOTESE DAN TEORI
Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang
tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di
bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut.
Hipotese merupakan suatu dugaan, teori atau kesimpulan yang bersifat sementara waktu
mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena. Hipotese adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu dalam penelitian fakta lebih lanjut.
Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang
secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori
merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada
fenomena-fenomena yang releven atau sejenis. Teori adalah azas-azas yang umum
dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya
untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Teori adalah serangkaian bagian
atau variabel, definisi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan
sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah.
Untuk merumuskan hipotese yang baik perhatikan ketentuan
berikut:
- Memperhitungkan semua evidensi yang ada
- Bila tidak ada alasan lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotesa yang sederhanan daripada yang rumit.
- Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia
- Hipotese buka hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya, tetapi harus menjelaskan fakta-faktase jenis yang belum diselidiki.
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang
dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji
secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini diturunkan atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
3. ANALOGI INDUKTIF
Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan
selalu mengenai sekurang-kurangnya dua hal yang berlainan. Dari kedua hal yang
berlainan itu dicari kesamaannya (bukan perbedaanya). Dari pengungkapannya, ada
analogi sederhana serta mudah dipahami dan ada yang merupakan kias yang lebih
sulit dipahami. Dari isinya, analogi dapat dibedakan sebagai analogi dekoratif
dan analogi induktif. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni
kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lainnya.
Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua
peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa
yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain. Analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada
kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Analogi induktif merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua.. Di dalam proses analogi induktif
kita menarik kesimpulan tentang fakta yang baru berdasarkan persamaan ciri
dengan sesuatu yang sudah dikenal. Kebenaran yang berlaku yang satu (lama)
berlaku pula dengan yang lain (baru). Yang sangat penting dengan proses analogi
induktf ialah bahwa persamaan yang digunakan sebagai dasar kesimpulan merupakan
ciri utama (esensial) yang berhubungan erat dengan kesimpulan.
Analogi sebagai suatu proses penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan
berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal dapat diperinci lagi untuk tujuan
berikut:
- Untuk meramalkan kesamaan.
- Untuk menyingkapkan kekeliruan.
- Untuk menyusun sebuah klarifikasi.
Contoh analogi induktif :
Secara tidak sengaja Amara mengetahui bahwa pensil Stedler 4B nya
menghasilkan gambar vignette yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak
dan menghasilkan garis-garis hitam dan tebal. Maka selama bertahun-tahun ia
selalu memakai pensil itu untuk membuat vignet. Tetapi, ketika ia belibur di
rumah nenek di sebuah kota kecamatan ia kehabisan pensil. Ia mencari di
toko-toko di sepanjang satu-satunya jalan raya di kota itu. Dimana-mana tidak
ada. Akhirnya dari pada tidak mencoret-coret ia memilih merk lain yang sama
lunaknya dengan Stedler 4B. “Ini tentu akan menghasilkan vignet yang bagus
juga”, putusnya meghibur diri.
Paragraph diatas merupakan contoh dari analogi indukitif.
Keputusan Amara merupakan kesimpulan berdasarkan persamaan sifat kedua merk
pensil itu.
4. HUBUNGAN KAUSAL
Hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kausal) didalam
dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti
bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali.
Hubungan kausal merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan
pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan
dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Hubungan kausal dibangun oleh hubungan antara suatu
kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian
kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
Hubungan kausal merupakan asumsi dasar dari ilmu sains.
Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan sebab-akibat
dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang
hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis
tersebut.
Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam
tiga pola berikut :
a) Sebab ke akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu
peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju
menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
Contoh :
Penekanan tombol lampu, hujan : tanah becek dan berlumpur,
pakaian yang dicuci tidak lekas kering
b) Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir
yang induktif juga dengan berolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat
yang diketahui, kemudian menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan
akibat.
Contoh :
Seorang pasien pergi ke dokter karena sakit yang dideritanya
c) Akibat ke akibat
Proses penalaran yang berproses dari suatu akibat menuju
suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan
kedua akibat.
5. INDUKSI DALAM METODE OKSPOSISI
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah
data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penelitian, apakah data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang
sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu
mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan
sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu
diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
Merupakan salah satu jenis pengembangan paragraf dalam
penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau
memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan
padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu
topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi
uraian tentang langkah atau cara proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut
paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
- Menentukan topik/tema
- Menetapkan tujuan
- Mengumpulkan data dari berbagai sumber
- Menyusun kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
- Mengembangkan kerangka menjadi eksposisi
Pada hakikatnya semua metode merupakan proses penalaran yang
dapat dimasukan dalam salah satu corak penalaran utama Metode identifikasi
merupakan perumusan katagorial mengenai fakta yang diketahui mengenai suatu
obyek garapan. Metode perbandingan bisa mencakup penalaran yang induktif maupun
deduktif. Metode klarifikasi mencakup kedua-duanya. Bila klarifikasi bertolak
dari pengelompokan ke dalam suatu kelas berdasarkan ciri yang sama, maka ia
merupakan induksi. Dengan demikian metode yang telah diuraikan dalam eksposisi
sekaligus juga dapat dimanfaatkan dalam argumentasi.
Sumber :
Labels:bahasa indonesia,softskill,tugas
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment