Thursday, 3 January 2013
PENGERTIAN
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu
terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan
dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada
banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Definisi kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (Kartono,
2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan
menurut Young (Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi
sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu
yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.
Dalam teori kepribadian, menurut (Moejiono,
2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat
pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu
yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak
langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, serta memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi
contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam
kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli,
pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai
bagian dari perannya memberikan pengajaran atau instruksi.
CIRI-CIRI PEMIMPIN
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin
yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya; kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang,
apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita
harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah
mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
1. Tipe Otokratis (Outhoritative,
Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
- Mendasarkan diri pada kekuatan, kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
- Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal dan paling berkuasa.
- Berambisi untuk merajai situasi.
- Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri dan disampaikan secara paksa.
- Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
- Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.
- Adanya sikap eksklusifisme.
- Selalu ingin berkuasa secara absolut.
- Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
- Bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-cirinya :
- Memberi kebebasan kepada para bawahan.
- Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan.
- Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan.
- Tidak mempunyai wibawa.
- Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik.
- Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme.
3. Tipe Paternalistik /Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang ke-bapak-an dengan sifat-sifat sebagai berikut:
- Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
- Mereka bersikap terlalu melindungi.
- Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
- Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
- mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
- Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
- Keputusan ada ditangan pemimpin.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda
dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam
kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu
melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih-lebihan.
4. Tipe Militerlistik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik
adalah:
- Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
- Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
- Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
- Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
- Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
- Komunikasi hanya berlangsung searah.
5. Tipe Demokratis
Ciri-cirinya :
- Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
- Bersifat terbuka.
- Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru.
- Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat bersama.
- Menghargai potensi individu.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisional, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif / Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
industri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Open Leadership
Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis, perbedaannya
terletak dalam pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ditangan
pemimpin.
9. Tipe Instruktif
Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanaan pekerjaan diawasi secara ketat oleh pemimpin.
Ciri-cirinya :
- Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah dukungan.
- Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan.
- Pemimpin memberitahukan bawahan tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaimana bawahan melaksanakan tugasnya.
- Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakuakn oleh pemimpin.
- Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
10. Tipe Konsultatif
Kepemimpinan tipe ini masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh pemimpin. Bedanya adalah bahwa tipe konsultatif ini menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang keputusan yang diambil. Sementara bantuan ditingkatkan, pengawasan atas pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
Ciri-cirinya :
- Pemimpin memberikan baik pengarahan maupun dukungan tinggi.
- Pemimpin mengadakan komunikasi dua arah dan berusaha mendengarkan perasaan, gagasan, dan saran bawahan.
- Pengawasan dan pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
11. Tipe Partisipatif
Sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
A. Teori Great Man (Pemimpin Besar)
Teori Great Man menyatakan bahwa ada dua asumsi dasar, bahwa
pemimpin dilahirkan dan tidak dibuat, dan asumsi kedua adalah bahwa pemimpin
besar akan muncul ketika dibutuhkan. Teori ini dikembangkan dari penelitian
awal yang mencakup studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal dari kelas yang
istimewa dan memegang gelar turun-temurun. Sangat sedikit orang dari kelas bawah
memiliki kesempatan untuk memimpin. Teori great man didasarkan pada gagasan
bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan, maka muncullah seorang manusia
yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika teori great man diusulkan,
sebagian besar pemimpin adalah laki-laki dan hal itu tidak bisa ditawar. Bahkan
para peneliti adalah laki-laki, yang menjadi alasan untuk nama teori tersebut
‘Great Man’.
B. Teori Sifat
Teori sifat tersebut mengasumsikan bahwa para pemimpin telah
mewarisi sifat-sifat di dalamnya yang membuat orang cocok untuk menjadi
pemimpin. Banyak yang mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang dapat
sepenuhnya mengekspresikan diri sementara yang lain tidak bisa, dan ini adalah
apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Seorang pemimpin memiliki
kombinasi yang tepat dari sifat-sifat yang membuatnya menjadi pemimpin yang
baik.
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the great man theory”
Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain; sifat fisik, mental dan kepribadian.
C. Teori Perilaku
Setelah teori sifat, para peneliti mulai mengeksplorasi
perilaku para pemimpin dan membuat asumsi bahwa sifat-sifat dan kualitas
kepemimpinan tidak diwariskan, tapi dapat dipelajari dan dikuasai oleh setiap
orang. Dengan demikian, teori ini berarti bahwa para pemimpin tidak dilahirkan
tetapi justru para pemimpin dapat dibuat. Dalam teori perilaku, anda perlu
menilai seorang pemimpin yang sukses bersama dengan tindakan pemimpin. Sebagai
seorang pemimpin yang sukses, kegagalan dari seorang pemimpin juga harus
dinilai dan dipertimbangkan.
D. Teori Situasional
Para peneliti menemukan bahwa para pemimpin muncul sebagai
akibat dari situasi yang berbeda. Oleh karena itu, para peneliti berasumsi
bahwa kualitas kepemimpinan yang dikembangkan tergantung pada situasi. Namun,
ada orangorang yang percaya bahwa ada gaya kepemimpinan yang berbeda yang
mengubah situasi. Ada tiga hal dasar dalam kepemimpinan situasional, hal pertama
adalah bahwa hubungan antara pengikut dan pemimpin harus sehat. Para pengikut
harus mendukung pemimpin dengan tujuannya. Hal kedua adalah bahwa tugas yang
harus diselesaikan harus diketahui dengan jelas, dan pemimpin harus menetapkan
tujuan sesuai tugas yang harus dilakukan. Seiring dengan tugas-tugas yang harus
diselesaikan, metode dan standar untuk menyelesaikan tugas juga harus
ditetapkan secara rinci, karena hal ini akan membuat dampak pada para pengikut.
Hal ketiga yang penting adalah bahwa organisasi harus memberi tanggung jawab
pada tugas pemimpin, karena hal ini akan memperkuat posisi pemimpin.
E. Teori Kontingensi
Mulai berkembang tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
- Substansinya adalah manusia bukan tugas.
- Kurang menekankan hirarki.
- Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok.
- Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
- Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.
F. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja, lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
- Maslow : Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
- Douglas Mc Gregor (1906-1964) : Teori X melihat karyawan dari segi pesimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards and punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistic kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
G. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistic dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistic, terdapat tiga variabel pokok, yaitu;
- Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya.
- Organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan.
- Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
H. Teori Transaksional
Pemimpin transaksional tahu apa yang dia inginkan dari
pekerjaan dan memastikan bahwa para pengikutnya melakukan dengan baik untuk
memberikan hasil yang diharapkan. Ketika hasil yang diharapkan dicapai oleh
orang-orang dalam organisasi, pemimpin harus menukarnya atau memberikan
janji-janji masa depan atas usaha pengikutnya.
I. Teori Transformasional
Dalam teori kepemimpinan transformasional, orang-orang atau
pengikut terinspirasi oleh pemimpinnya, dan pemimpin harus memiliki gairah
dengan kepemimpinannya. Singkatnya, pengikut akan terdorong karena terinspirasi
dari pemimpin dan menjadi pengikut yang berpotensi.
Referensi :
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment