Blinking Cartoony Heart Girly Doll
Friday 8 July 2011
Thursday 7 July 2011
Charles Babbage (lahir 26 Desember 1791 dan meninggal 18 Oktober 1871 pada umur 79 tahun) merupakan matematikawan dari Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat diprogram. Sebagian dari mesin yang dikembangkannya meski tidak selesai, kini dapat dilihat di Musium Sains London.

Pada tahun 1991, dengan menggunakan rencana asli dari Babbage, sebuah mesin diferensial dikembangkan dan mesin ini dapat berfungsi secara sempurna, yang membuktikan bahwa gagasan Babbage tentang mesin ini memang dapat diimplementasikan.

Charles Babbage lahir di Inggris, kemungkinan besar di jalan Crosby Row 44, Walworth Road, London. Ada beberapa pendapat tentang tanggal kelahiran Babbage. Obituari yang dimuat dalam harian The Times menyebutkan kelahirannya pada tanggal 26 Desember 1792. Namun beberapa hari kemudian seorang keponakan Babbage menulis bahwa Babbage sebenarnya dilahirkan setahun sebelumnya, pada 1791.
Pada masa itu, perhitungan dengan menggunakan tabel matematika sering mengalami kesalahan. Babbage ingin mengembangkan cara melakukan perhitungan secara mekanik, sehingga dapat mengurangi kesalahan perhitungan yang sering dilakukan oleh manusia. Saat itu, Babbage mendapat inspirasi dari perkembangan mesin hitung yang dikerjakan oleh Wilhelm Schickard, Blaise Pascal, dan Gottfried Leibniz.
Gagasan awal tentang mesin Babbage ditulis dalam bentuk surat yang ditulisnya kepada Sir Humphrey Davy pada tahun 1822.
Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
Alexander Graham Bell (1847-1922) adalah penemu dari Amerika dan pengajar bagi orang tuli, dan dia dikenal sebagai penemu telepon (telephone).

Lahir pada 3 Maret 1847, di Edinburgh, Skotlandia, dan mendapat pendidikan di Universitas Edinburgh dan London. Kemudian tahun 1870 dia pindah ke Canada dan kemudian pindah lagi ke Amerika pada tahun 1871. Di Amerika dia mulai mengajar orang yang bisu dan tuli, mempopulerkan system yang disebut 'bahasa visual'. System yang dikembangkan oleh ayahnya, Alexander Melville Bell, yang menunjukkan bagaimana bibir, lidah, dan tenggorokan digunakan dalam menggambarkan suara.

Pada masa kanak-kanaknya, dia telah memperlihatkan rasa ingin tahu yang sangat besar pada dunia ini, yang menyebabkan dia sering mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan. Bersama teman baiknya yang memiliki penggilingan gandum yang juga merupakan tetangganya, dia sering membuat keributan, dan suatu hari ayah temannya berkata, "Mengapa kalian tidak membuat sesuatu yang lebih berguna?" Saat itu Alexander Graham Bell bertanya, apa yang perlu di kerjakan. Dan ayah teman baiknya memberi tahu bahwa gandum harus di pisahkan dengan kulitnya. Pada umur 12 tahun, Alexander membuat peralatan sederhana yang mengkombinasikan dayung yang berputar dengan serangkaian sikat dari paku untuk memisahkan gandum dengan kulitnya. Peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik selama bertahun-tahun, dan sebagai 'hadiahnya', ayah temannya memberikan mereka kesempatan untuk bermain di sebuah bengkel (workshop) kecil untuk membuat 'penemuan baru'.

Sejak usia 18 tahun, Bell telah meneliti gagasan bagaimana mengirimkan dan mentransfer perkataan. Tahun 1874 saat dia mengerjakan telegraph, dia mengembangkan gagasan dasar yang baru bagi telephone. Percobaan yang dilakukannya bersama asistennya Thomas Watson akhirnya terbukti berhasil pada tanggal 10 Maret 1876, saat itu kata yang ditransmit adalah: "Watson, come here; I want you." (Watson, datanglah kemari, saya membutuhkanmu). Serangkaian demonstrasi penggunaan telephone, telah memperkenalkan telephone ke seluruh dunia dan dipimpin oleh perusahaannya, Bell Telephone Company pada tahun 1877.
Wednesday 6 July 2011
                Sesampainya di Bogor, ternyata tetangga-tetangga baru juga punya baby dan anak-anak balita. Bedanya orangtua mereka adalah keluarga pasangan muda. Sedangkan keluarga gue, uda punya anak sejak 11 tahunan sebelum mereka. Tak heran jika pada saat itu yang paling tua diantara anak-anak sekitar rumah adalah Kak Kiki yang udah tamat SD. Dia disekolahkan di sebuah SMP dekat rumah yang disebut Doea. Sedangkan Kak Angel disekolahkan di sebuah SD yang juga dekat rumah yaitu SD Pajeleran. Dan terjadilah keseragaman sekolah antar generasi 3 bersaudara keluarga gue, kecuali setelah lulus SMP. Kak Angel tidak ikut menjadi generasi penerus Kak Kiki, karena dia bersekolah di SMA 1 yang disebut Mayat. Dan kemudian malah gue yang jadi penerus Kak Kiki yang sama-sama bersekolah di SMA 2 yang disebut Smavo. So, ga heran kalo guru-guru kenal dan bahkan beberapa dekat sama gue karena merupakan adik mantan muridnya.

                 Keuntungan ini paling kerasa waktu gue masi SD. Kak Angel itu terkenal pinter, jiwa “bolang” yang seneenng banget sama Pramuka, apalagi dia terkenal sebagai Pratami (itu loh, yang jadi ketua umum anggota Pramuka. Ada dua, yang satu cowok disebut Pratama) yang rambutnya kayak artis sampo. Jadi bisa dibilang dia itu anak favorit guru-guru SD gue juga. Berhubung saat itu gue masi unyu-unyu, pinter karna rajin blajar n not big enough, jadi gue dikenal sebagai “Adik dari Alumni Favorit” yang “Lumayan Pintar” karena “turunan kakaknya”. Menyadari gelar tersebut, gue ikut Pramuka juga kayak Kak Angel, itung-itung nambah nilai lah. Hahahha.

                Kalo waktu SMP, kurang lebih sama aja. Bedanya ga terlalu banyak guru yang ngajar dari jaman kakak-kakak gue. Sejak SMP gue bisa dibilang makin cupu, ga sepintar, ga serajin n ga se-GAUL dulu. Secara, waktu SD gue tuh lumayan eksis karna sifat gue yang bandel alias suka nyubit-nyubitn menganiyaya (sebuset, bahasanya...) temen-temen gue (maaf ya teman-teman..!), royal tapi ga pelit, n rada sok leader tapi pinter. Di SMP gue uda mulai males blajar sejak kenal Fisika. Sejak ini pula gue jadi suka tidur siang n ngurung diri di kamar. Kalo dulu di kamar buat belajar, sejak SMP malah buat baca komik, gambar-gambar kartun, main laptop jadul, main HP, dengerin radio ato kaset tape, n tidur kalo uda BT. Disinilah masa-masa pembentukan lemak jenuh n jerawat makin menumpuk. Saat itu juga gue mulai ketinggalan jaman. Kalo dulu gue punya gadget yang paling oke, disini gue mulai gigit jari liat temen-temen gue punya yang lebih canggih. Temen-temen gue pun uda pada mulai seneng blajar ngendarain motor. Hal tersebut dimulai dari Bokap gue yang mulai menganggur karena umur dan persaingan sarjana muda setelah berhenti di Yamaha Music dan sejak kecelakaan Kak Kiki yang membuat gue dan keluarga belajar berjiwa besar.

                Kalo jaman SMA doang biasa aja. Coz yang tau gue adalah adiknya Kak Kiki cuma Bu Ani, itu juga karna kakak gue nitip salam kalo masih ngajar di SMA gue coz Bu Ani ini guru favorit Kak Kiki dulu. Disini makin cupu aja gue. Semua temen gue yang cewek, uda pada bisa ngendarain motor, bahkan mulai banyak yang jago ngendarain mobil. Satu per satu punya SIM, bawa motor tiap hari, n bawa mobil di luar sekolah. Temen-temen gue yang cewek mulai seneng ke salon buat sok-sok creambath lah, facial lah, malah spa gitu deh. Trus jaman rambut keriting di kalangan cewek pun merajalela. Sepatu ala-ala sneekers, merk-merk ala-ala Gosh, bando lucu-lucu, tas gonta-ganti model, contact lense, behel, rambut berponi, belah tengah, kamera SLR, dll. Sejak di sekolah dipasang wii-fi, Hpnya pada Blackberry alias BB n suka pada bawa laptop pribadi. Trus makin banyak aja banci mall, movie mania, pemburu film keren ala Barat maupun Asia. Namun dibalik semua itu, gue jadi bisa sabar n bersyukur atas apa yang gue punya. Karena gue percaya, hidup ini bagaikan roda. Kadang kita di atas kadang di bawah, tergantung kita yang mengendalikan mau maju ato diem aja. Dan bersyukurlah kita karena hidup kita jauh lebih mudah dibanding yang lainnya.
                Hai hai haaaii. Nama gue Princess Gladys Ingrid. Orang-orang biasanya manggil gue with Gladys (spelling Indonesianya sih “Gledis”) atau ga Edis. Sekarang ini umur gue 17 tahun (yeee.. Sweet Seventeen!!!), lebih hampir delapan bulan. Gue adalah anak bontot dari pasangan suami istri yang merantau ke Jakarta dari Manado yang biasanya dipanggil Mami Ice n Papi Joly sama sepupu-sepupu gue. Buat orang Manado, sebutan Mami dan Papi bukan hanya untuk orangtua kandung mereka, tapi juga berlaku juga buat paman dan tante mereka. Nyokap n Bokap gue tuh asli Manado. Tapi mereka ga lahir di daerah Manado, it bcoz mereka sama-sama punya Ayah (Opa-opa gue) yang berprofesi sebagai polisi yang tugasnya dinas disana disini disitu gitu deh. So, ga heran kalo Nyokap gue di KTPnya kelahiran Makassar sedangkan Bokap gue lahir di Suroboyo. Gue punya 1 kakak cowok dan 1 kakak cewek. Kakak w yang paling tua tuh yang cowok, yang gue panggil Kak Kiki yang umurnya 11 tahun lebih tua dari gue (WOWW...). Dan dialah yang satu-satunya kelahiran asli Manado dan brojol di bidan. Dan kakak gue yang cewek, umurnya beda 7 tahun di atas umur gue, yang gue panggil Kak  Angel (spelling indonesianya: Enjel). Kak Angel lahir waktu Nyokap Bokap uda tinggal di Jakarta.

                Nah, berkat Kak Angel inilah gue lahir di dunia ini. Why? Bcoz, dialah yang mohon-mohon minta adek ke Nyokap n Bokap gue. Berawal dari adiknya Nyokap gue, Tante Debby yang biasa gue panggil Mami Ebi, yang berkunjung dari Balikpapan (bukannya di belakangnya papan, ini nama kota di Kalimantan Timur loh!) yang membawa bayi pertamanya, yaitu Brenda. Karena senang bermain dengan baby Brenda, muncullah keinginan untuk memiliki adik perempuan di benak Kak Angel yang waktu itu mungkin masih 6 tahun. Setiap malam sejak kedatangan Mami Ebi, Kak Angel selalu berdo’a sekencang-kencangnya dan sesering-seringnya meminta adik serta “usaha” dari orangtua gue, Tuhan mengabulkan keinginan Kak Angel , daan lahirlah gue. Tadaaaa!!!

                Sebelum gue lahir, keluarga gue hidup nomaden alias berpindah-pindah rumah kontrakkan di Jakarta. Dan setelah gue sekitar 1 tahun, keluarga gue menetap di sebuah perumahan milik Pemerintah Daerah di sekitar Bogor. Namun sampai sekarang, saudara-saudara gue, entah yang masih tinggal di Manado maupun yang sudah merantau entah di Balikpapan, Jayapura, Jawa dan dimanapun mereka pasti bilangnya keluarga gue tinggalnya di Jakarta. Bukan maksud manipulasi atau apa, memang begitulah biasanya keluarga rantauan yang tinggal disini entah rantauan dari Padang, Medan, Kalimantan, dari manapun juga biasanya disebut Anak Jakarta gitu lohh.

UNIVERSITAS GUNADARMA

CLOCK

Cute Rocking Baby Monkey

MY PROFILE

Powered by Blogger.

CALENDAR